Dan waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB waktunya bagi saya dan teman-teman rombongan melanjutkan ke tujuan utama kami. Gunung Ijen. sekitar pukul 20.00 WIB kami sampai ke paltuding Gunung Ijen. Rencananya kami akan memulai pendakian pukul 01.00 pagi, normalnya butuh waktu 2 sampai 3 jam untuk bisa sampai di puncak atau di Kawah Ijen dengan jarak tempuh sekitar 3 Km dari paltuding. Harapannya sih kalau naiknya jam 1 pagi bisa liat blue fire dan danau kawah yang nge hits banget itu :D. Tapi apa daya, ketika kami sampai di paltuding ada informasi dari petugas kalau pendakian Gunung Ijen ditutup sampai ada peringatan aman. Kenapa??? karena beberapa hari sebelum kami datang, Gunung Ijen sempat "batuk-batuk" alhasil asap belerang di Puncak sangat pekat, bahkan ketika kami datang bau belerang lumayan tercium. Ditambah dengan cuaca hujan membuat asap belerangnya semakin pekat dan menyebar.
Sembari menunggu boleh naik gunung, saya gunakan waktu untuk tidur. Cuaca hujan dan dingin terasa sekali di tulang, secara kami tidur di pos beralaskan karpet dan sleeping bad untuk selimut, hehe. Dan, lewat jam 1 pagi pintu pendakian belum juga dibuka. Artinya blue fire sudah tidak mungkin bisa dilihat. Blue fire hanya bisa dilihat ketika langit masih gelap dan matahari belum muncul. Sekitar pukul 03,30 pendakian sudah dibuka, kami pun bersiap untuk mendaki dan masker wajib dipakai karena asap belerang.
Inilah pertarungan antara saya dan batas kemampuan saya. Mendaki gunung untuk pertama kalinya, bersama teman-teman yang baru kenal dan tidak ada persiapan apapun sebelumnya. Benar saja, baru beberapa tanjakan nafas saya sudah terputus-putus. hahaha... malu sekali dengan rombongan karena hampir satu kali tanjakan saya harus berhenti mengatur nafas. hahaha.. lebih malu lagi saat melihat serombongan eyang-eyang yang masih semangat naik gunung. :D
Go..go..go.. untungnya teman-teman yang memang sudah biasa naik gunung sabar menunggu saya, hahaa,, memang sudah tidak bisa lagi sih mengejar blue fire. Setengah perjalanan memang yang terberat bagi saya yang awam ini. Tanjakannya lumayan membuat saya bungkuk, dan baru terasa berat sekali membawa lemak kemana-kemana, hehe,, Setelah separo perjalanan ada tempat istirahat namanya Pos Bunder. Disini kita bisa sejenak meluruskan kaki, ada warung juga bagi yang ingin mengisi perut. Kami naik pukul 04.00 dari paltuding dan sampai di Pos Bunder ini sekitar pukul 06.00 artinya saya butuh wkatu 2 jam untuk setengah perjalanan, haha,, sebagian teman yang lain sudah lebih dulu naik keatas. Tak apa, saya sadar diri lambat jadi dibelakang saja :D tinggal dua tanjakan berat yang harus dilalui kemudian jalannya relatif landai. Walaupun berar, tapi sepanjang perjalanan memang indah. Setelah menempung setengah perjalanan berat, saya menemukan obat lelah yang memukau.
|
Setelah setengah jalan yang berat, semua terbayar lunas dengan pemandangan alam yang indah,, |
|
banyak pendaki yang mengabadikan momen alam ini dengan kameranya |
|
Nice, ini baru ditengah perjalanan, apalagi diatas - tapi foto ini diambil pas turunnya- hehe |
|
Mayoritas penduduk lokal bekerja sebagai penambang belerang yang diambil dari kawah ijen. . Mereka setiap hari harus memikul puluhan kilo belerang untuk dijual ke pengepul, dalam satu hari para pekerja ini bisa sampai dua kali naik turun gunung membawa belerang. Pekerjaan ini adalah salah satu pekerjaan dengan resiko tinggi, selain karena tanpa pengamanan keselamatan saat menambang belerang, mereka juga harus menghirup asap belerang yang muncul dari kawah secara langsung dan terus menerus. Ironisnya harga belerang yang mereka bawa ini hanya bernilai sekitar Rp 700 - Rp 800 rupiah saja. Sedangkan rata-rata sekali mereka bawa seberat 90kg. Kalikan saja berapa jumlahnya, apakah jumlahnya sepadan dengan resiko pekerjaan mereka? Apakah akan menjamin kesejahteraan mereka dan keluarganya jika dibanding dengan yang disana- saya rasa tidak!! |
Sayangnya, sudah hampir di puncak kami tidak bisa melanjutkan perjalanan atau sekedar melihat kawah Ijen, karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan. Asap belerang sudah sangat pekat, selain menganggu pernapasan juga mengganggu penglihatan kami. Akhirnya demi alasan keselamatan bersama kami memutuskan turun dan berharap masih punya kesempatan untuk menyambangi Gunung Ijen dan melihat Blue fire. Katanya waktu terbaik mengunjungi Ijen adalah saat musim kemarau, sekitar bulan April sampai Juli, saat itulah alam Ijen bersahabat dengan para pencinta alam dan menyuguhkan sejuta pesona blue fire dan sekitarnya. Dan kami pun turun dari Ijen dengan janji dalam hati akan kembali lagi.
Naik gunung tanpa persiapan adalah salah, itu hal pertama yang saya dapatkan. Naik gunung bukan hanya masalah fisik, tapi juga mental. Bagaimana saya harus memotivasi diri sendiri bahwa saya bisa, dan saya mampu. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau dan berusaha, meskipun harus sering beristirahat dan mengambil nafas, tapi setidaknya saya tidak berhenti ditengah jalan dan kembali. Tak apa ini adalah yang pertama bagi saya, lain kali harus naik gunung lagi. haha..
|
Aliran sungai dari Kawah Ijen, tidak jauh dari lereng Gunung Ijen. Saat turun melewati jalur Bondowoso sempatkan untuk menengok ke arah kanan jalan, Anda akan menemui Air terjun yang warna airnya hijau, tanda kalau airnya mengandung belerang dari Kawah Ijen :D
|
dan, kami pun kembali ke Surabaya, memulai rutinas lagi dengan semangat baru setelah dua hari yang menyenangkan :D
Banyuwangi keren!!!!!!!!!